Senandung Pagi di Matamu
Mentari menyelinap di sela tirai,
Angin pagi mengetuk jendela,
Tapi yang lebih hangat dari semua itu,
Adalah hadirmu di sampingku.
Kamu masih terlelap,
Dada naik turun dengan ritme tenang,
Sesekali bergumam pelan,
Aku tersenyum, masih tak percaya—
Dulu aku bertanya, siapa jodohku?
Sekarang, jawabannya nyata dalam dekapku.
Aku tarik napas pelan,
Udara pagi kini lebih berarti,
Karena ada kamu di rumah ini,
Di dunia kecil yang kita bangun sendiri.
Lalu kau membuka mata,
Tatapan pertama di pagi hari,
Bukan lagi sunyi atau sepi,
Tapi hangat, penuh arti.
Di meja makan, teh mengepul,
Kau suapiku dengan sendok kecil,
Kita tertawa karena remahnya jatuh,
Lalu kau mengeluh, "Ih, berantakan deh!"
Aku hanya tersenyum,
Menikmati pagi yang tak lagi sendiri.
Menikah ternyata begini,
Bukan sekadar janji atau ikrar,
Tapi detik-detik kecil yang sederhana,
Yang membuat hidup lebih indah.
AS
Komentar
Posting Komentar